Inflasi
adalah suatu gejala-gejala kenaikan harga barang-barang yang sifatnya
itu umum dan terus-menerus. Dapat disebut inflasi jika ada tiga
faktor yaitu :
Kenaikan
harga
->
Harga barang dapat di katakana naik jika harganya menjadi tinggi dari
harga sebelumnya. Contohnya harga BBM yaitu Rp35,00/ltr pada mingu
lalu, sedangkan pada minggu ini harga BBM menjadi Rp45,00/ltr lebih
mahal dari minggu kemarin.
2. Bersifat
umum
->
Kenaik harga suatu barang tidak dapat di katakana inflasi jika
naiknya barang tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum .
Contohnya : jika harga BBM naik maka ongkos angkutan umum,bahan-bahan
pokok menjadi naik ini baru bias disebut inflasi
3. Berlansung
terus-menerus
->
Naiknya harga suatu barang tidak dapat di katakana inflasi jika
naiknya barang tersebut terjadinya hanya sesaat, inflasi itu
dilakukan dalam rentang minimal bulanan.
Ada
beberapa faktor maslah sosial yang muncul dari inflasi yaitu
:
1.
Menurunya tingkat kesejahtraan rakyat
2.
Memburuknya distribusi pendapatan
3.
Terganggunya stabilitas ekonomi.
JENIS
JENIS INFLASI
Inflasi
dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan,
sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila
kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang
antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan
hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan
harga berada di atas 100%
Menurut
tingkat keparahan atau laju inflasi, meliputi:
1) |
Inflasi
Ringan (Creeping Inflation) Inflasi yang tingkatannya masih di
bawah 10% setahun |
2) |
Inflasi
Sedang Inflasi yang tingkatannya berada diantara 10% - 30%
setahun |
3) |
Inflasi
Berat Inflasi yang tingkatannya berada diantara 30% - 100%
setahun |
4) |
Hiper
Inflasi Inflasi yang tingkat keparahannya berada di atas 100%
setahun. Hal ini pernah dialami Indonesia pada masa orde lama. |
Ada
pun Jenis-jenis
inflasi, berdasarkan
kepada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku,
inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut :
Inflasi
tarikan Permintaan,
inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang
dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat
pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang
melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa.
Inflasi
Desakan Biaya,
inflasi ini berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat
ketika tingkat pengangguran sangat rendah. Apabila perusahaan
menghadapi permintaan yang bertambah, mereka akan berusaha menaikan
produksi dengan cara memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi
kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru dengan tawaran yang lebih
tinggi ini. Langkah ini mengakibatkan biaya produksi yang meningkat,
yang akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang
(inflasi).
Inflasi
Diimpor,
inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga barang-barang yang
diimpor. Inflasi ini akan wujud apabila barang-barang impor
mengalami kenaikan harga yang mempunyai peranan penting dalam
kegiatan pengeluran perusahaan-peruasahaan.
Jenis-jenis
inflasi berdasarkan
persentasi atau nominal digit inflasinya,
dapat
dibedakan
kedalam :
Ø Moderate
Low Inflation
(inflasi
1 digit): misalnya
1% s.d 9%, biasanya orang masih percaya dan memiliki daya beli dan
juga nilai mata uang masih berharga.
Ø Galloping
Inflation (inflasi
dua digit): misalnya
10% s.d 99%, dimana orang mulai ragu, daya beli menurun, nilai mata
uang menjadi semakin menurun.
Ø Hyper
Inflation (inflasi
tinggi diatas 100%): adalah
proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang menyebabkan
tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam jangka waktu
yang singkat, keadaan seperti ini orang-orang sudah tidak percaya
pada mata uang. Dimana nilai nominal uang jadi tidak berharga jika
situasi ini terjadi maka pemerintah melakukan Senering yaitu
pemotongan nilai uang.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI INFLASI
Menurut
Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa faktor yang
menyebabkan timbulnya inflasi:
a.
DemandPull Inflation
Timbul apabila permintaan agregat meningkat
lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian,
menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan pennintaan
agregat.b.
Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation
Inflasi yang
diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi
dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif.
Sedangkan
faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya
dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation tetapi
juga dipengaruhi oleh :
a) Domestic Inflation
Tingkat inflasi
yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga barang secara umum
di dalam negeri.
b) ImportedInflation
Tingkat inflasi yang
terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang pada
umumnya inflasi bersumber dari salah satu atu gabungan dari dua
masalah berikut :
Tingkat
pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan-perusahaan
untuk menghasilkan barang dan jasa.
Pekerja-pekerja
diberbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah.
Disamping
itu inflasi dapat pula berlaku sebagai akibat dari : Pertama,
kenaikan harga-harga barang yang diimpor. Kedua,
penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti pertambahan
produksi dan penawaran barang. Ketiga,
kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintah yang kurang
bertanggung jawab.
Akibat-akibat
buruk dari inflasi beragam seperti pengangguran yang kian bertambah,
menurunkan taraf kemakmuran masyarakat dimana upah riil para pekerja
akan merosot sehingga taraf hidupnya pun akan menurun. Prospek
pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin memburuk jika
inflasi tidak dapat dikendalikan atau diatasi. Inflasi yang bertambah
serius tersebut cenderung akan mengurangi investasi yang produktif,
mengurangi ekspor dan menaikan impor. Kecenderungan ini akan
memperlambat pertumbuhan ekonomi. Tujuan
jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang
berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Adakalanya tingkat
inflasi meningkat dengan tiba-tiba sebagai akibat suatu peristiwa
tertentu ysng berlaku diluar ekspektasi pemerintah misalnya
depresiasi nilai uang yang sangat besar atau keadaan politik yang
tidak stabil.
PENYEBAB
INFLASI
Inflasi
dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan atau desakan
biaya produksi.
Inflasi
tarikan permintaan (Ingg: demand pull inflation) terjadi akibat
adanya permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan
pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa
mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor
produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu
kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi
ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu
perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment.
Inflasi
desakan biaya (Ingg: cost push inflation) terjadi akibat meningkatnya
biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk
(output) yang dihasilkan ikut naik.
Penanggulangan BANK
SENTRAL
peran
bank sentral sangat berpengaruh
Bank
sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank
sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat
inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan
memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya
tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral -termasuk
pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan
bahwa bank sentral yang kurang independen -- salah satunya disebabkan
intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter
untuk mendorong perekonomian -- akan mendorong tingkat inflasi yang
lebih tinggi.
Bank
sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat
suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu,
bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata
uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat
bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal
(kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank
sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.
CARA
MENGATASI INFLASI
Usaha
untuk mengatasi terjadinya inflasi harus dimulai dari penyebab
terjadinya inflasi supaya dapat dicari jalan keluarnya. Secara
teoritis untuk mengatasi inflasi relatif mudah, yaitu dengan cara
mengatasi pokok pangkalnya, mengurangi jumlah uang yang beredar.
Berikut
ini kebijakan yang diharapkan dapat mengatasi inflasi:
1.
Kebijakan Moneter,
segala kebijakan pemerintah di bidang moneter dengan tujuan menjaga
kestabilan moneter untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Kebijakan ini
meliputi:
a.
Politik diskonto, dengan mengurangi jumlah uang yang beredar dengan
cara menaikan suku bunga bank, hal ini
diharapkan permintaan kredit akan berkurang.
b.
Operasi pasar terbuka, mengurangi jumlah uang yang beredar dengan
cara menjual SBI
c.
Menaikan cadangan kas, sehingga uang yang diedarkan oleh bank umum
menjadi berkurang
d.
Kredit selektif, politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang
yang beredar dengan cara memperketat
pemberian kredit
e.
Politik sanering, ini dilakukan bila sudah terjadi hiper inflasi, ini
pernah dilakukan BI pada tanggal 13 Desember
1965 yang melakukan pemotongan uang dari Rp.1.000 menjadi Rp.1
2.
Kebijakan Fiskal, dapat
dilakukan dengan cara:
a.
menaikkan tarif pajak, diharapkan masyarakat akan menyetor uang lebih
banyak kepada pemerintah sebagai pembayaran
pajak, sehingga dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.
b.
Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah
c.
Mengadakan pinjaman pemerintah, misalnya pemerintah memotong gaji
pegawai negeri 10% untuk ditabung, ini
terjadi pada masa orde lama.
3.
Kebijakan Non Moneter,
dapat dilakukan melalui:
a.
Menaikan hasil produksi, Pemerintah memberikan subsidi kepada
industri untuk lebih produktif dan
menghasilkan output yang lebih banyak, sehingga harga akan menjadi
turun.
b.
Kebijakan upah, pemerintah menghimbau kepada serikat buruh untuk
tidak meminta kenaikan upah disaat sedang
inflasi.
c.
Pengawasan harga, kebijakan pemerintah dengan menentukan harga
maksimum bagi barang-barang tertentu.
DAMPAK
a. Inflasi
memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau
tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai
pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih
baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang
bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi
inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi
kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak
bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi
karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap
seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga
akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka
menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
b.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang
diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini
terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya
(biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi
menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan
produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen
bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila
tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin
akan bangkrut (biasanya terjadi pada Pengusaha kecil).
c.
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di
suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman
modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan,
ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya
tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
CONTOH
NEGARA YANG MENGALAMI INFLASI
Inflasi
saat ini tak hanya melanda Indonesia belaka. Se-antero dunia pun saat
ini sedang menghadapi gelombang pasang inflasi. Fenomena yang
demikian ini diakibatkan ulah lonjakan harga minyak maupun komiditas
lainnya dan tak lepas juga komoditas pangan. Kondisi yang demikian
ini ditambah lagi perananhedge-fund dan
spekulan komoditas yang turut mendorong kenaikan harga.
Di
dunia, sepertiga negara-negara berkembang rata-rata sudah pernah
mengalami tingkat inflasi yang berada pada posisi dua digit, bahkan
dibeberapa negara sudah mengalami hiperinflasi.
Vietnam,
Venezuela dan Pakistan adalah contoh negara yang mengalami inflasi
yang cukup parah di mana tingkat inflasi mencapai 20% bahkan Zimbabwe
sampai-sampai tak sanggup mengendalikan inflasinya sehingga diambi
kebijakan harus memotong 10 angka nol di mata uangnya, seperti 10
Milyar menjadi 1, dalam hitungan persen inflasinya didapat 2,2 juta%!
Wouw suatu rekor dalam sejarah dunia.
Menurut
catatan Bank Dunia, lonjakan harga berjamaah ini pernah terjadi pada
tahun 1973. di tahun itu, hampir semua komoditas bak berikrar untuk
naik harga secara bersama-sama. Kenaikan harga-harga ini secara
otomatis menjadi pukulan telak bagi kelompok miskin, kelompok yang
paling rentan terhadap lonjakan harga. Besarnya permintaan dan
kurangnya penawaran, terutama untuk bahan pangan telah manjadikan
masalah ini menjadi masalah global.
Dua
negara yang paling berjubel penduduknya, India dan China mengeluarkan
kebijakan melarang ekspor beras demi mengamankan pasokan dalam
negeri. Sekedar menaikkan pajak ekspor tidak terlalu jitu untuk
kondisi seperti sekarang ini. Di sisi lain, negara pengimpor beras,
seperti Filipina dan Indonesia, mengadakan tender besar-besaran untuk
impor beras. Hal ini mendorong harga komoditas lebih suka bertengger
di atas.
Kenapa
kondisi seperti ini bisa terjadi? Diduga, kebijakan negara maju yang
merangsang produksi biofuel sebagai
pengganti bahan bakar fosil, dalam rangka mengantisipasi global
warming,
dengan cara pemberian subsidi, membatasi ekspor, dan mewajibkan
penggunaan biofuel di
dalam negeri, telah memicu konversi secara besar-besaran penggunaan
komoditas pangan untuk bahan bakar nabati. Komoditas yang tadinya di
konsumsi sebagai makanan, sekarang digunakan untuk menjalankan mesin.
Di Amerika Serikat sendiri, 40% produksi jagung dialokasikan untuk
pembuatan etanol.
Inflasi
di Indonesia
Di
Indonesia, bila dirunut ke belakang, lonjakan harga saat ini bukanlah
yang terparah. Coba tengok ke belakang di zaman orde lama
bahkan lebih parah lagi, besaran ratusan persen seolah telah menjadi
hal yang biasa. Sepertinya inflasi tinggi telah menjadi teman karib.
Tanggal
5 Agustus 2008, Bank Indonesia sudah berusaha mengekang inflasi
dengan cara menaikkan BI rate menjadi 9%, setelah berhasil dikerek
turun 8%.
Tetapi
sebandingkah kenaikan BI rate ini dengan inflasi, karena sejatinya
yang terjadi adalah inflasi dari luar (imported
inflation),
jika dibandingkan tahun 2005, setelah kenaikan BBM, BI mengerek suku
bunga dari 8.25 - 12.75 % hanya dalam waktu 4 bulan saja. Tetapi
sekarang, suku bunga naik dengan santai di kisaran 0.25 persen per
bulan, kalah banter dengan inflasi.
Gubernur
Bank Sentral, Budiono dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank
Indonesia pada tanggal 5 Agustus 2008 mengatakan
:
“Inflasi
pada 2008 kemungkinan akan meningkat pada kisaran 11,5-12,5% (yoy).
Namun kami memperkirakan bahwa dengan berbagai kebijakan yang telah
dan akan dilakukan, baik oleh Bank Indonesia maupun Pemerintah,
inflasi akan kembali mengarah ke satu digit di tahun 2009 pada
kisaran 6,5%±1%. Bank Indonesia akan memfokuskan pada upaya meredam
dampak tidak langsung dari kenaikan harga BBM dan pangan”
Di
depan mata tampak bulan puasa, Lebaran, dan Natal, penyumbang rutin
inflasi tahunan. Periode Juli - Desember biasanya lebih tinggi dari
Januari - Juni. Dengan hitungan yang sederhana saja, maka inflasi
tahun 2008 sepertinya akan melewati target pemerintah, diperkirakan
akan berada pada kisaran 15%